Kebijakan untuk melakukan lockdown selama menghadapi virus corona sepertinya tidak memberikan pengaruh besar pada gaya hidup warga Swedia.
Kebijakan untuk melakukan lockdown selama menghadapi virus corona sepertinya tidak memberikan pengaruh besar pada gaya hidup warga Swedia. Pasalnya hampir semua orang di Swedia terbiasa hidup mandiri karena memang beberapa diantara dari mereka kurang suka hidup bersosial terhadap tetangga ataupun bersama orang di sekitarnya.
Bahkan hampir melebihi dari setengah rumah di negara ini ternyata hanya diisi 1 penduduk saja. Misalnya saja seperti yang dialami oleh Cajsa Wiking, seorang pelatih dari Swedia.
Dirinya mengatakan bahwa kejadian virus COVID-19 ini tidak membawa pengaruh besar pada gaya hidupnya. Karena dirinya memang terbiasa menghabiskan waktunya sendirian saja di dalam apartemennya. Itulah sebabnya kebijakan untuk lockdown terasa mudah untuk warga Swedia.
Gaya Hidup Orang Swedia
Hampir setiap warga Swedia terbiasa melakukan kegiatan di dalam rumah. Bahkan bila umumnya warga Eropa memperbolehkan anaknya keluar dari rumah jika sudah berusia 26 tahun, hal ini berbeda dengan masyarakat di Swedia. Di Swedia, remaja yang berusia 18 tahun sudah boleh tinggal sendirian di rumah atau apartemen.
Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Tinggal sendirian di rumah adalah budaya warga Swedia sehingga hal ini efektif untuk mencegah penularan virus corona di negara ini. Beruntungnya di beberapa kota besar yang ada di Swedia itu banyak lajang yang hidup sendirian di Stockholm sehingga hal ini membuat penyebaran virus COVID-19 menjadi lebih terhambat dan bisa diminimalisir.
Tidak hanya terbiasa tinggal sendirian di apartemen atau rumah saja, ternyata salah satu budaya dan gaya hidup orang Swedia lainnya yang membedakannya dengan negara lain adalah tidak suka bersosial. Bahkan kebanyakan dari mereka selalu menjauh dengan orang lain saat menggunakan transportasi umum.
Mereka tidak terbiasa memulai obrolan ringan di cafe, toko, ataupun dengan orang asing. Gaya hidup menjaga jarak sosial seperti ini sudah terjadi secara turun temurun dan menjadi tradisi bagi masyarakat negara Swedia. Sehingga itu artinya warga Swedia secara alami sudah memberi ruang fisik dengan orang lain jauh sebelum akhirnya virus COVID-19 muncul di negara ini.
Bahkan kebanyakan dari mereka lebih suka tinggal di rumah saja saat merasa sakit kepala ringan daripada pergi ke dokter. Itulah sebabnya bisa dipastikan bila ada salah satu dari mereka yang mengalami gejala ringan corona, pastinya mereka akan lebih suka berdiam diri di rumah untuk proses recovery.
Penanganan COVID-19 di Swedia
Setelah mengenal gaya hidupnya, maka saatnya untuk mencari tahu cara penanganan virus ini di negara Swedia. Penanganan yang dilakukan oleh negara Swedia itu sangat berbeda jauh dari negara Eropa pada umumnya. Bahkan banyak pusat perbelanjaan, pub, dan selain sekolah untuk anak-anak masih tetap dibuka atau beroperasi hingga sekarang.
Photo oleh WHO
Bahkan masih banyak restoran yang menawarkan layanan take away dan meja meskipun sudah ada kebijakan untuk tidak melayani pemesanan lewat konter. Maka dari itu artinya di negara ini belum mengalami panic buying. Banyak juga diantara dari mereka yang tidak begitu menganggap serius soal virus COVID-19. Sehingga hal ini membuat gaya hidup mereka menjadi berbeda dari negara pada umumnya.
Jadi seperti itulah pengaruh gaya hidup orang Swedia selama menghadapi pandemi virus COVID-19. Seperti yang diketahui bahwa saat ini jumlah penderita yang terinfeksi oleh virus ini di Swedia mencapai 4.947 jiwa dimana angka kematiannya mencapai 239 orang, dan sisanya 103 jiwa berhasil sembuh dari penyakit virus corona.